Berdiri untuk meneruskan perjuangan membela islam dan mencetak kade-kader dakwah memiliki sejarah panjang sebagai bentuk mempertahankan eksistensi nilai-nilai keislaman di tengah deraan zaman.
Membentuk kaderisasi dakwah yang dilakukan Rasulullah salalllhu alaihi wasallam dahulu dan sekarang tantangannya secara substansi tidak jauh berbeda, hanya bentuk dan nuansanya yang berbeda, jika dahulu berbentuk tantangan fisik dari orang-orang kafir, ini tantangannya lebih bersifat non fisik berupa penjajahan budaya, ideology dan tantangan teknologi, yang merasuk kedalam jiwa generasi muda kaum muslimin.
Ada pertanyaan yang mendasar, kenapa umat ini belum bangkit dari keterpurukan islam tidak lagi menjadi agama yang disegani sebagaimana dahulu semasa Rasulullah dan para sahabatnya. Bahkan alih-alih menjadi solusi permasalahan umat manusia untuk melakukan kebangkitan diri saja belum bisa.
Pertanyaan ini bermuara pada tidak lagi dikuasainya ilmu pengetahuan dan ahlak, al-Qur’an sudah bayak ditinggalkan dan yang lebih parah memperparah keadaan adalah terputusnya rantai kaderisasi sehingga umat kehilangan identitas sebagi khalifah di bumi yang hanya tuduk kepada hUkum Allah.
Kemiskinan dan tidak kemandirian umat menjadi permasalahan yang tidak pernah dapat diselesaikan secara tuntas, bahkan menjadi factor yang yang sering menjadi penyebab dan pemicu munculnya kriminalitas, prostitusi, perjudian, miras, dan narkotika, perzinahan, kemurtadan serta bebagai kemaksiatan yang menjadi penyebab kehancuran di dunia dan umat ini jauh dari kemuliaan.
Memunculkan ide untuk menyiapkan kader-kader umat guna memperbaiki kondisi ini, memang bukan pekerjaan ringan dan mudah dan sederhana, faktanya adalah setiap perjuangan pasti menghadapi berbagi tantangan dan ujian yang berat. Meski ada upaya dan kerja keras yang berksinambungan serta pengarahan seluruh potensi dan daya dukung dari semua pihak.
Langkah kecil sudah dimulai Darussunnah, mencoba mengait kembali rantai tradisi kaderisasi umat lewat pembinaan karekter dan keimanan dan melalui pembekalan, yang terfokus pada pendidikan al-Qur’an tanpa meninggalkan penguasaan keilmuan yang lain serta memupuk kemandirian umat dengan kecakapan hidup dan pengembangan potensi diri (life skill) untuk mewujudkan generisasi muda yang cerdas, menguasai dan mengahafal al-Qur’an, sehat berahlak mulia sejak dini merupakan sebuah keharusan. Sebab umat terbaik akan terwujudkan dari penyiapan generisasi-generisasi yang terbaik.
Pendirian sarana pendidikan bagi para yatim dan dhuafa jelas membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Kami menyadari. Bahwa keterpurukan umat, kebodohon dan kemaksiatan tidak dapat diatasi hanya dengan berdiam diri, kemuliaan tidak datang begitu saja sebagai hadiah dari Allah, tetapi harus diupayakan dengan kesungguhan (mujahadah) keiklhlasan dan kerjasama semua pihak sebagi amanah dari Allah.
Untuk itu kami mengajak kepada semua lapisan untuk mari bersama-sama mengerahkan segenap potensi yang kita miliki untuk brsinegri dalam upaya mewujudkan kader-kader umat terbaik dimasa datang.
Akhirnya, dengan bekal ketaqwaan dan optimisme cita-cita ini dapat terlaksana. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan karunianya kepada kita semua. Aamiin
0 komentar:
Posting Komentar